Senin, 08 September 2014

Pasar Tanjung dan Tentang Mengenang Dirimu

Senin, 08 September 2014
PASAR TANJUNG -- Orang-orang sedang sibuk membicarakan perihal relokasi Pasar Tanjung, sebuah pasar tradisional yang letaknya ada di jantung Kabupaten Jember. Ada yang mengelus dada, tak sedikit yang mendukung kebijakan relokasi ini.

Memang, sebelum ada pembongkaran lapak-lapak pedagang di sekitar Pasar Tanjung yang berada di Jalan Samanhudi, Jalan Untung Suropati, dan Jalan Dr Wahidin, sudah ada pemberitahuan. Di beberapa titik terdapat setidaknya dua spanduk rentang. Spanduk itu bertuliskan seperti ini;

Pedagang kaki lima dilarang...!!!

Berjualan di trotoar, bahu jalan, badan jalan dan fasilitas umum lainnya. Batas waktu mengosongkan tempat berjualan adalah tgl 7 September 2014.

Tempat relokasi yang disediakan adalah:

1. Pasar Tegal Besar
2. Pasar Sukorejo
3. Pasar Burung
4. Pasar Bungur
5. Pasar Gebang
6. Pasar Kreyongan.

Menurut Kepala Satpol PP Jember, M. Suryadi, pihaknya telah memberikan surat peringatan hingga tiga kali kepada para pedagang di sekitar Pasar Tanjung dengan batas waktu hingga 7 September 2014.

Hari ini, ketika orang-orang di beberapa warung kopi masih sibuk memperbincangkan masalah relokasi itu, aku sibuk memikirkanmu. Sedang apa kau di sana? Apa kau baik-baik saja?

Lamunanku sedikit terganggu manakala di dekatku ada orang yang mendiskusikan tentang artikel yang ia baca di sebuah portal online. Ia bilang, menurut Ayub Junaidi, Pimpinan Sementara DPRD Jember, konsep penertiban PKL oleh Pemkab Jember dirasa belum matang. Setidaknya, masih kalah humanis dengan apa yang sudah dilakukan Kabupaten sebelah, Banyuwangi.

Lapak relokasi --di Pasar yang baru-- dijanjikan berukuran 3 x 3 meter. Namun pada akhirnya ukuran tersebut berubah menjadi 2 x 2 meter persegi. Tentu ini akan menjadi potensi konflik horisontal antar sesama pedagang jika tidak ada kesamaan ukuran lapak. Ini tentang ketidakadilan di bidang ukuran lapak.

Itu masih urusan lapak, bagaimana jika urusan hati? Tidakkah kau pernah berpikir bahwa apa yang kau lakukan padaku adalah sebuah relokasi cinta? Kau mencampakkanku hanya untuk menghadirkan yang baru. Ah!

Di sebuah portal berita online, ada sebuah gambar yang menampilkan anak-anak pelajar. Mereka melakukan demonstrasi menolak relokasi. Mereka berseragam atasan putih dan bawahan hijau tua. Ada spanduk rentang yang mereka centangkan lebar-lebar. Bunyinya;

Tolong Pak....!!!
Jangan Relokasi Kami
Kami butuh makan
Butuh biaya sekolah anak-anak kami
Sobung Se Gratis.

Ada yang menarik dari spanduk rentang itu. Tidak lain ialah sebuah kalimat pendek, sobung se gratis. Kehidupan hari ini selalu diukur dengan uang. Sesuatu yang menyebalkan namun diamini secara massal.

Hai, semoga kau tidak mengukur kenangan-kenangan kita dengan uang, uang, dan uang. Namun jika itu yang kau lakukan, tidak apa-apa. Aku akan melangkah pulang tanpa dendam.

Hari ini, sekitar 700 orang petugas gabungan polisi, Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jember, dan TNI bergerak sekitar pukul delapan pagi ke sekitaran Pasar Tanjung. Mereka langsung mengepung Jalan Untung Suropati dan Jalan Dokter Wahidin yang selama ini menjadi sentra PKL. Ratusan lapak dibongkar paksa tanpa perlawanan berarti. Ketika mereka sedang sibuk membongkar lapak-lapak itu, aku sedang mengenang dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

congoco © 2014